Kamis, 08 Januari 2015

Sekolah Dasar Negeri (SDN) VS Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT)



Sekolah Dasar Negeri (SDN) VS Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT)
                                          sumber: sdit raihan
                                          SDN di Indonesia
Akhir-akhir saya banyak memperhatikan berbagai SDIT yang mulai berdiri dibeberapa daerah perkotaan, dan didaerah pedesaan seperti yang saya tempati sekarang akhirnya berdiri juga salah satu Sekolah Dasar Islam Terpadu. Berbeda dengan Sekolah Dasar Negeri milik pemerintah yang ditiap desa berdiri beberapa buah, SDIT dalam sebuah tingkat kecamatan terkadang hanya ada satu buah, bahkan terkadang tidak ada bila sebuah kecamatan tersebut berada dipelosok pedesaan.
Sebenarnya banyak hal yang mengusik saya tentang bagaimana SDIT berjalan dalam menerapkan sistem pendidikan, dan pada kemarin malam akhirnya saya berkesempatan berbicara panjang lebar dengan salah satu sahabat saya yang beberapa waktu lalu telah diterima sebagai guru di SDIT yang berada dikota Kudus.
Jujur, dalam kesempatan bercerita saya banyak tercengang dan kagum dengan segala berita sahabat saya, sebutlah namanya Ulil Fadhoil. Dengan semua berita tentang proses pembelajaran, penerapan karakter, pembelajaran kedisiplinan, sopan santun, dan terlebih tentang ilmu agama yang diajarkan pada siswa di SDIT. Semua cerita yang telah tersampaikan pada saya begitu jauh terasa dibanding dengan Sekolah Dasar Negeri yang selama ini banyak saya rasakan.
Dengan segala hormat, berikut saya sampaikan perbedaan Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) dan Sekolah Dasar Negeri (SDN). Tulisan ini tidak mengeneralisasi semua sekolah, namun setidaknya inilah yang telah banyak terjadi dan telah ada disekitar kita
  1. SDIT begitu ketat dalam menerapkan kaidah dan ilmu agama, sebagai contoh siswa diwajibkan membaca dan menghafal doa sederhana, hadist, praktek shalat langsung dan pakaian yang mencerminkan sebagai seorang muslim yang baik, berbeda dengan penerapan ilmu agama dalam SDN yang hanya bersifat formalitas, mengacu pada nilai namun tidak dalam penerapan yang nyata.
  2. SDIT memiliki waktu pembelajaran yang panjang sehingga penerapan ilmu dan akhlak dapat dilaksanakan dengan baik dan seksama, berbeda dengan SDN yang memiliki waktu terbatas sehingga dengan materi pelajaran yang sudah begitu banyak guru lebih mementingkan penyelesaian materi dibanding dengan penerapan karakter siswa.
  3. SDIT lebih peduli kesehatan siswa, ini dibuktikan dengan dibatasinya jajan siswa untuk jajan diluar sekolah. Tentu saja konsekuensi dari keputusan ini sekolah harus bisa memenuhi kebutuhan jajan anak, dan hal ini dapat dipenuhi dengan baik oleh SDIT. Berbeda dengan SDN yang selama ini ada, sekolah membebaskan siswa untuk jajan dimanapun. Walau sebenarnya kita semua tahu bagaimana bahayanya jajan yang selama ini beredar disekitar kita, dari borak, pemanis buatan, pewarna, pengawet dan bahan berbahaya lainnya. Sungguh ironi karena kita telah membiarkan siswa dan anak-anak kita untuk mengkonsumsi racun yang berbahaya, walau kita tau namun kita selalu bisu.
  4. SDIT melakukan penerapan kaidah akhlak secara langsung dan tegas. Saat kita mencermati dengan seksama seorang anak yang bersekolah di SDIT kita akan dapat memahami dan merasakan dengan baik takkala seorang anak berbicara dengan temannya, guru dan orang tua. Hal ini karena SDIT menerapkan secara langsung teori penerapan karakter, sebagai contoh seorang guru dalam memanggil siswa akan menggunakan panggilan “Mas” sebagai teladan yang akan ditiru siswa dalam berkomunikasi dan berkumpul dengan teman sesamanya. Berbeda dengan SDN yang lebih berprioritas dengan nilai dan materi pelajaran, penerapan kaidah akhlak hanya sebatas pengajaran dalam pembelajaran yang terbatas  dan umum.
  5. SDIT memiliki peralatan dan media pembelajaran yang cenderung lebih lengkap dan baik dibanding dengan SDN umumnya. Hal ini tentu menjadi sebuah ironi yang pahit, SDIT yang berstatus swasta dan mandiri dapat memiliki fasilitas yang baik dan mumpuni dibanding SDN yang dibiayai oleh negara.
Kawan, tentu lebih banyak hal-hal lainnya yang tidak saya tulis semua dalam catatan ini. Namun semoga dengan beberapa hal tersebut dapat membuka mata kita dan pemerintah dalam memperhatikan dunia pendidikan di Indonesia. Sungguh memprihatinkan bagi saya, sebuah sekolah negeri yang harusnya memiliki kualitas baik ternyata secara umum kalah dibanding dengan sekolah dasar swasta yang berdiri mandiri. Memang tak dapat dipungkiri pasti banyak yang meyanggah dengan alasan”sekolah swasta biayanya besar jadi bisa berkualitas dan lengkap” tapi apa kita menutup mata dengan anggaran 20% dari APBN yang diperuntukkan bagi dunia pendidikan? Sungguh nilai rupiah yang amat besar.
Memang semua hal diatas memiliki komponen-kompenen yang menentukan juga seperti kualitas guru, tapi bukankah kesejahteran guru SDN yang berstatus pegawai negeri sekarang ini memiliki nilai yang tinggi? Semoga kelak, suatu saat nanti pemerintah sebagai penanggung jawab tertinggi pendidikan memiliki itikad yang kuat dalam meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan yang baik setara dengan SDIT yang telah menjalankan sistem pendidikan dengan baik. Dinegeri kita, bukanlah nilai ilmu yang rendah atau buruk, namun karakter akhlak anak berkualitas baik yang telah semakin langka.

3 komentar:

  1. Assalamu alaikum....sy sangat tertarik dengan sistem pendidikan yg ada di SD IT, olehnya itu kami dikampung sdang merintis untuk mendirikan SD IT, kiranya dapat berbagi pngalaman dalam merintis sekolah tersebut dari awal, trimakasih sbelumnya.....

    BalasHapus
  2. Waalaikumsalam, terima kasih atas segala perhatiannya. Jjur hal itu hal yang saya impikan namun masih sebatas angan mas, segala pengetahuan dan persyaratan untuk saya miliki masih sangat jauh. Sekiranya mas punya pengalaman saya yang ingin berbagi

    BalasHapus